Kamis, 26 Maret 2009

CALEG PPPI KABUPATEN PASURUAN JADI TERSANGKA

Tetap Yakin Masih Bisa Meraih Simpati

Perjuangan Dahniar Anisa, 30, menuju gedung DPRD Kabupaten Pasuruan melalui Pemilu, April mendatang, bisa jadi bubrah. Calon legislatif (caleg) dari Partai Pekerja dan Pengusaha Indonesia (PPPI) itu kini harus mendekam dalam sel karena disangka melakukan penipuan pembuatan SIM kolektif.

FANDI ARMANTO, Pasuruan

---

GEMBOK sel Mapolres Pasuruan baru saja dibuka petugas Samapta. Dari dalam sel, keluarlah Anis (panggilan akrab Dahniar Anisa). Wanita itu dikeluarkan karena penyidik perlu sekali lagi menayakan beberapa hal terkait kasusnya. Begitu keluar, Anis cepat-cepat berlari menuju ruang kanit idik II.

Tapi, upayanya menghindari wartawan, tak berhasil. Wanita asal Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Rembang yang dikenal sebagai aktivis buruh itu terlihat memerah mukanya. Air mukanya seperti kebingungan. Sesekali ia menjawab sekenanya pertanyaan wartawan. Sesekali ia berjalan mondar-mandir.

"Wis ta lah (sudahlah) Mas. Saya ini tidak salah. Wong hakim saja belum memutuskan. Kalau saya sudah diputus, itu baru namanya bersalah," katanya sambil berpura-pura meminjam ponsel milik Aiptu Sugeng Prayitno.

Ya, Anis yang seorang caleg asal PPPI kini memang harus mendekam dalam sel. Ia disangka melakukan penipuan terhadap sekitar 118 warga desanya sendiri. Anis menjanjikan bisa membantu mengurus surat izin mengemudi (SIM) C secara kolektif.

Lalu, 118 warga itu ikut dan membayar kepada Anis pada Maret-April 2008 lalu. Tapi, SIM C tak kunjung jadi. Ada duit sekitar Rp 15 juta milik para korban yang dipegang Anis. Dalam kasus ini Anis telah ditetapkan menjadi tersangka.

Ketika ditanya kenapa sampai tega menipu, Anis menjawab kalau sebenarnya tidak menipu. Ia menyatakan siap mengembalikan uang sebesar Rp 15 juta 2 ratus ribu itu. "Marine (setelah) pemilu tak kembalikan kok, Mas. Saya tahu itu uang warga," ucapnya.

Ia pun mengaku uang sebesar itu sebagian ada yang digunakan untuk dana kampanye. Namun ia tidak menyebutkan detail berapa jumlah yang digunakannya. Sisanya, juga ada yang digunakan untuk kepentingan pribadi.

Apa dana itu untuk pesan baliho atau poster dirinya? "Ya terserah saya kan. Yang jelas uang itu bukan untuk bikin baliho. Buat apa saya bikin baliho. Masuk di koran seperti ini, juga membuat saya terkenal kok. Bahkan sampai nasional," ucapnya sinis.

Wanita kelahiran Surabaya tersebut hanya mengaku memang sekitar Maret tahun lalu dirinya pernah menjanjikan warga Desa Oro-oro Ombo untuk membuatkan SIM C. Setiap satu warga ia tarik sebesar Rp 135 ribu. Namun ketika uang terkumpul. kata Anis, dirinya langsung menyuruh koordinator untuk pergi menuju kantor pembuatan SIM. "Saya itu sudah bertemu kanit SIM. Tapi prosesnya memang memakan waktu dan memang belum saya urus," kilah Anis.

Namun apa yang dikatakan Anis berbeda dengan penjelasan Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Samsul Arifin. Kasat menjelaskan, Anis bahkan tidak pernah membuat perjanjian dengan Kanit SIM Aiptu Sulistyo yang kini menjadi Kaposlantas Purwosari.

Tak salah jika Anis kemudian dikejar-kejar warga yang dijanjikan dibuatkan SIM. Sampai kemudian kasus itu ditangani polisi. Anis dipanggil untuk dimintai keterangan sampai tiga kali, tapi tak pernah memenuhinya.

Kenapa Anis tidak mengindahkan panggilan polisi ? "Saya itu kan sibuk. Saya juga tidak tahu kalau ada surat panggilan. Tapi saya itu tidak berniat lari. Wong teman di kepolisian saya saja banyak," katanya.

Di kalangan wartawan, Anis memang sudah familiar. Ia hampir selalu muncul ketika terjadi aksi unjuk rasa buruh. Dia kerap terlihat berada di barisan terdepan unjuk rasa, termasuk menjadi orator.

Walau kini berada dalam tahanan, Anis tidak surut niat menjadi anggota dewan. Bahkan ia tidak takut namanya cacat akibat ulahnya itu. Menurutnya semua masyarakat tidak akan menilainya buruk walau polisi menahannya. "Kan tidak semua orang menilai saya ini buruk. Lagi pula perbuatan saya ini kan tidak melanggar hukum. Soalnya belum diputus hakim," katanya dengan enteng.

Apakah tidak takut akan mempengaruhi pertarungan suara di dapil IV tempatnya bertarung dalam pemilu nanti? "Ngapain takut? Masalah ini kan bisa saja dialami setiap orang. Toh meski saya tidak bisa berkampanye, saya punya tim sukses. Mereka yang akan bertugas mencari simpatisan saya. Tim sukses itu juga sudah saya bayar," katanya.

Kalau terpilih nanti, masih kata Anis, dirinya pasti tetap akan bersyukur. Ia menilai saat ini bukanlah hasil final sebelum penghitungan suara dimulai. Kalaupun dia menang, Anis berjanji akan tetap pada visi-misi sesuai yang ada di partainya.

Akhirnya dengan langkah gontai Anis seusai diperiksa Brigadir Candra, kembali ke selnya. Wanita tersebut masih bisa mengucapkan salam ke wartawan. (yud)

<Sumber : Radar Bromo online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar